Petani
Ponorogo Bubruk
Tidak hanya hama “potong leher” yang membuat petani susah
dan merugi, Gayung bersambut, cuaca yang tidak tentu, hujan ekstrem semakin
memperparah kerugian panjang para petani, khususnya di Ponorogo.
Seperti hujan deras dan angin, Jum'at (5/7) kemarin, mengakibatkan
ratusan hektar tanaman padi ambruk. Padi yang berumur 80-90 hari bertumbangan.
Akibatnya petani harus memanen dini tanaman padi di sawah mereka.
Giran (70 ) warga Dusun Jajar, Desa Lembah, Babadan,Ponorogo
mengaku rugi ratusan ribu akibat tanaman padi di sawahnya seluas 700 m2,
tumbang diterjang angin dan hujan. Selain itu Giran yang biasanya memanen
sendiri sawahnya, kini terpaksa mempekerjakan kepada orang lain,dengan cara
borongan. Setiap 8 kg gabah yang dihasilkan, para pakerja mendapatakan upah 1
kg. "Kerjanya borongan, ini ada 6 orang ya, bayarannya nanti tergantung
berapa kilo yang didapat," kata Giran.
Padi yang belum cukup tua musti dipanen dini, sebab kalau
tidak padi akan rusak kalau dibiarkan dalam kondisi tumbang. Selain memerlukan
waktu lama, panen padi yang tumbang juga memerlukan tenaga lebih banyak. "Lha
iya wong banyak lumpurnya, terus tidka bisa dibabat seperti padi yang
berdiri," tutur Wiwik (40) pemilik 5 hekatar tanaman padi di dusun
Malangan, Desa Lembah Babadan.
Wiwik mengaku hingga 10 persen dari padi yang diahsilkan
akibat tumbang itu. Selama ini 1 ton padi bisa dihasilkan dari lahan seluas 80
ru. Menurutnya, padi di sawahnya baru
berumur 90 hari, idelanya tanaman padi berumur 105 hari baru dipanen. Sementara
belum dilakukan panen, karena menunggu para pekerja borongan. Kalau biocara
kerugian baik Wiwi mau pun Giran mengaku rugi jutaan rupiah.
Kalau padi di Babadan sulit diatasi dan musti dipanen dini,
tidak demikian halnya dengan Mussrikah, pemilik 3 hektar tanaman padi di Desa
sampung, kecamatan Sampung. Padi yang beumur 70 hari, kata Musrikah masih bisa
diatasid engan didirikan kembali, walau memerlukan tenaga danw aktu yang
banyak. " masih bsia didirikan, kalau dipanen belum bisa," tutur ibu
2 anak itu. *
REPORTER
SITI NOOR AINIE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar